Oleh: Krea Baski*
Gembel Jelata dan Membantu Teman-Teman
Beberapa minggu yang lalu, aku membantu seorang temanku
Mengerjakan skripsinya. Aku mendapatkan balasan terima kasih
Melalui amplop yang ia berikan padaku tanda welas asih.
Uang sebesar 200 ribu rupiah itu sebagian kupergunakan untuk menyulam
Perpustakaanku yang sudah mulai bolong dengan benang Kisah 1001 Malam.
Sepanjang hari ini, aku kembali mendapatkan “pekerjaan”, dengan membantu
Seorang temanku mengerjakan skripsinya. Aku mendapatkan balasan terima kasih
Melalui uang yang ia berikan padaku tanda welas asih.
Uang sebesar 120 ribu rupiah itu kupergunakan sebagian untuk membeli sebuah kumpulan puisi.
Mama marah-marah di rumah. Ia mencerewetiku, kamu tidak pernah bisa menabung selama
Bergantung dengan buku-buku itu. Bapak marah-marah di rumah. Buku-buku fiksi
Itu tak mengandung kebenaran, pikiranmu diombang-ambingkan olehnya.
Mark Twain pernah berkata bahwa kemiskinan adalah pangkal dari dosa. Ia dengan cerdas
Merangkum seluruh apa yang tertulis di dalam Kitab Perjanjian Lama ke dalam satu kalimat
Penuh yang bertenaga.
Aku menuliskan puisi ini untuk meminta ampunan kepadaNya, kalau aku adalah seorang gembel jelata.
Kesamaan Nyi Roro Kidul, Moby-Dick, Jin Botol, Anabel Lee dan Dugong
Dulu aku pernah menonton salah satu tayangan infotainment
Yang menunjukkan dada Nyi Roro Kidul keterlaluan besarnya.
Hari ini, beberapa jam yang lalu, aku baru menyelesaikan pembacaan
Atas puisi Edgar Allan Poe, yang berjudul “Anabel Lee”.
Poe menulis dalam puisinya, Anabel Lee tinggal di dalam lautan
Yang dalam.
Jin botol dalam Kisah 1001 Malam dibuang ke laut.
Moby-Dick berada di dasar laut.
Nyi Roro Kidul bertahta di dasar laut.
Ada apa dengan laut?
Penulis puisi ini ke laut saja.
Aku jadi teringat dengan fauna laut yang tinggal di kedalaman lautan,
Yaitu, dugong. Dia membiarkan musuhnya mendekati dirinya, ketika lengah
Si mangsa ditangkap. Aku ingin seperti itu jika bertemu dengan Nyi Roro Kidul J.
Jika aku lengah, aku didekap oleh dadanya yang keterlaluan besarnya itu.
Yah, rembes dah!
Bercukur
Ada baiknya sebelum bercinta
Aku memangkas bulu jembut Felicia.
Dengan demikian aku bisa menikmati wanginya,
Yang tajam dan membuat burungku seperti petinju kelas berat.
Kau tahu bahwa hampir semua orang tak suka
Dengan hal yang terlalu ditutup-tutupi
Begitu juga ketika mereka dilanda birahi.
Ada bagian-bagian tertentu di tubuh manusia
Yang memang perlu dirawat agar tak seperti hutan rimba.
Dulu, aku pernah mendengar sebuah pepatah
Dari orang-orang tua yang selalu ingin anaknya patuh.
Mereka mengatakan bahwa di tubuh manusia
Terdapat beberapa organ yang menunjukkan rasa malu
Ketika manusia sudah masuk masa pubertas.
Sejujurnya aku suka sekali dengan organ-organ itu,
Menurutku tak ada yang lebih istimewa ketika seseorang
Bisa membuat seorang pemalu mampu menguak tabu.
Pendapat Seorang Buddhist tentang Konflik
Aku percaya dengan perkataan seorang Buddhist
Yang mengatakan persepsi manusia
Adalah pangkal dari konflik.
Sun Wu Kong belum tau hanya dengan mengosongkan
Pikirannya, ia bisa mengendalikan hawa nafsu, niat baik
Yang sia-sia, serta jasmani yang perlu asupan makanan.
Tang Sanzang merapalkan doa, kelebat-kelebat halusinasi
Yang menghantui Sun Wu Kong mendidiknya untuk lebih
Sabar, setia dan menunggu saat yang tepat.
Bukankah mereka berlima merupakan lima unsur
Di dalam satu tubuh? Buddha Rulai tak sembarangan menggaris
Takdir. Hukuman Sun Wu Kong di Gunung Lima Unsur
Tak lebih seperti Hukuman Prometheus yang diselamatkan Pericles.
Aku ingin Bertanya Kepada Pak Sapardi
Aku ingin bertanya kepada Pak Sapardi
Yang mengatakan puisi adalah bunyi.
Apakah mempermainkan bahasa sama
Juga dengan mempermainkan manusia?
Lambung yang Berkontraksi
Kudaku sudah bosan
Melihat jokinya meminum
Panther Cup yang membikin
Lambung sang joki berkontraksi.
Asam-asam manis rasanya
Dan diminum sambil menghisap rokok
Sampai aku tak mengira
Kalau dompetku sudah borok.
Bermodal Kitab Kidung Agung
Bermodal Kitab Kidung Agung ini,
Kutuliskan puisi-puisi rembes yang
Menentramkan jalan pikiran.
Alvin Toffler pernah tulis, kalau ada tiga
Hal di dunia ini yang tak pernah selesai
Dibicarakan : Agama, Politik, dan Seks.
Rupa-rupanya belakangan ini ketiga
Hal itu jadi komoditas bukan lagi privasi.
♦
*Profil penulis:
Panggilan saya Krea, tinggal di Jakarta. Sedang berusaha dan belajar menerjemahkan beberapa karya asing ke dalam Bahasa Indonesia. Sesekali menulis puisi.